JATUH, bila kita definasikan perkatan ini sudah pasti difikiran kita akan membayangkan sesuatu yang berubah dari kedudukan yang tinggi kepada sesuatu posisi yang rendah,andainya jatuh itu kita tujukan kepada manusia pasti kita mentafsirkan ianya jatuh dari seuatu tempat yang tinggi dan jatuh juga boleh didefinasikan bila kita dimalukan ,dihina dan disalah mengertikan dan pelbagai lagi. Kadang-kadang jatuh ini juga akan meninggalkan kesan pada diri kita apatah lagi bila kita dijatuhkan, lantas kita akan menjadi manusia yang pendendam tapi mampu kah diri kita ini untuk menjadi seperti dedaun yang berguguran,meskipun ia jatuh berterbangan namun sedikitpun ia tidak menyalahkan angin walaupun ia tahu angin adalah salah satu penyebabnya.
Disebabkan tiupan angin,
daun itu jatuh berguguran, namun dedaun itu tak pernah membenci angin yang
menjatuhkannya. Apakah terlalu mulia hati “daun” itu.sehingga tidak
timbul perasaan benci dihatinya walaupun ia tahu siapa yang menjatuhkannya.
Mampukah kita untuk mempunyai sebuah pribadi mulia, yang pasrah, yang
positif menghadapi hidup ini walaupun ia mengetahui ada tangan tangan yang cuba
menjatuhkannya. Setiap kali daun daun itu jatuh berguguran lansung dia tidak
pernah mencari siapakah penyebabnya dan mungkin ia telah terlebih dahulu
memaafkan penjatuhnya .Indah sebenarnya situasi ini andainya dapat kita
terapkan dalam diri dan kehidupan kita ,tapi mampukah kita menjadi seperti
dedaun itu.
Sedarkah kita
,disetiapkali timbulnya suasana benci suatu titik dan noda hitam akan bersarang
dalam jiwa dan hati kita.begitu jualah jik bertambah tambah rasa benci dan
marah itu maka bertambah jualah titik dan noda hitam itu dan secara tak lansung
boleh membuatkan hati dan jiwa kita berkeladak dan berjelaga teruk maka sudah
pastilah amat sukar unttuk dibersihkan kembali. Apa kata jika kita mengambil
tindakan memaafkan saja tapi bolehkah hati dan jiwa kita lakukan itu ? seperti
dedaun tadi yang memaafkan angin yang menggugurkannya ,jika itu yang mampu kita
lakukan pasti titik dan noda hitam itu tidak sempat untuk bersarang dihati kita.
Sebagai manusia biasa
,kita tak pernah lekang dari dihampiri dan ditandangi musibah ,mampukah diri
kita ini menggangap musibah yang datang itu sebagai satu rahmat yang
tersembunyi,kerana kita tidak tahu dan tak mampu untuk menduga akan apa yang
terkandung dalam musibah itu,setidak tidak dengan bersabar dengan tiap musibah
itu Allah pasti menambahkan pahala diatas berkat kesabaran itu. Mampukah kita
untuk bertindak dan berfikiran positif dikala didatangi dan menghadapi musibah
itu, Tiap musibah dan masalah ,andainya mampu kita hadapi dan tanganinya pasti
ianya akan memperkuatkan jiwa kita kesatu tahap yang lebih tinggi dan bermakna
lagi,Kita kena ingat tidak ada sesuatupun yang berlaku di dimuka bumi ini
termasuk diri kita tanpa sebab dan musababnya . Pasti ada hikmah yang
tersembunyi disebaliknya dan sebaiknya kita patut merenung setiap kejadin yang
berlaku dan cuba mencari sisi sisi positif disebalik tiap kejadian itu.
Muhasabah diri adalah
tindakan yang terbaik dalam menghadapi setiap keadaan. Dan jangan lupa untuk
kita bersyukur kepada setiap kejadian yang baik yang datang dalammkehidupan
kita dan bersabar kepada setiap musibah yang datang bertandang kerana setiap
yang berlaku didalam kehidupan kita semua adalah atas kehendak Allah. Peranan
kita sebagai manusia yang sabaradalah berbuat yang terbaik sesuai dengan
perintah Allah dan panduan Rasulullah nabi junjungan kita.
Ayuh kita semua amalkan
sikap yang positif dalam kehidupan kita ini dan jangan sekali kali kita
tanamkan sikap membenci dan mendendami terhadap sesiapapun yang pernah dan
telah menjatuh dan menjerumuskan kita,kita berushalah semula sebaik mungkin dan
tanamkan sikap seperti dedaun yang gugur kebumi namun lansung tak pernah
sekalipun menyalahkan dan membenci angin yang bertiup.
Andainya
kita tahu sekalipun apakah penyebab musibah dan kejatuhan kita mampukah kita
menjadi seorang pemaaf.kita semua seda maklum bahawa memaafkan itu proses
yang menyakitkan. Kita juga tahu walaupun memafkan itu menyakitkan
namun ianya harus dan mesti dilalui agar langkah kita seterusnya menjadi
jauh lebih ringan dan tidak dibebani dengan apa yang menjadi noda hitam dihati
kita itu . Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah
dibandingkan memaafkan diri sendiri.
Janganlah
sekali kali kita bersikap negatif. Kita kena ingat bahawa Orang yang memendam
perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merungkai semua
kejadian dipersekitarannya untuk membenarkan hatinya berharap dan mengapai
sesuatu. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi.
Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana
simpul yang dusta...akhirnya kita sendiri tenggelam dalam simpulan itu.
ASSALAM DIK...BERBESAR HATI MEMAAFKAN KESILAPAN ORANG LAIN SUKAR JUGA DILAKUKAN NAMUN JIKALAU KITA MERASAKAN SESUATU YANG BERLAKU DGN IZIN ALLAH JUA WAJARLAH KITA REDA DAN MEMAAFKAN PASTI MENDAPAT GANJARAN BERPAHALA...INSYA ALLAH.
BalasPadamWaalaikumussalam Kak..... In Sya Allah....itulah sesutu yang sukar untuk kita lakukan apatah lagi untuk selarikn pengucapan dan hati kita tu.... andainya kita redho dengan sesuatu yang terjadi walaupun kita tau musababnya dari tangan tangan org lain...lantas kita mampu memaafkan...alangkah indahnya hati dan diri kita ini Kak.... Apapun Terima Kasih kak
BalasPadam